Sebelumnya, aku
minta maaf padamu, hujan... karena hanya lewat untaikan kata-kata inilah aku
bisa menyapamu kembali...
Untuk kesekian
kalinya, kau mengisi dengung di rongga telingaku dengan derai kontinu yang tak
beraturan...
Pernahkah kau
menyempatkan diri untuk mengagumi seberapa indah dirimu..??
Kau begitu rendah
hati...,
Tapi...,sejujurnya
aku masih menyimpan rindu ini...
Rindu yang sepertinya
tak akan pernah bisa terobati...bahkan
olehmu...
kau hanya menambah
berat tanggungan ruang hatiku yang sempit ini...
dan aku tidak tau,
apakah aku harus bergembira lagi menyambut
kedatanganmu kali ini..
kedatangan yang
kini selalu bisa ditebak...
aku kian
terperangkap dalam kedinginan yang membekukan ini...
ku tau bukan kau
lah penyebabnya...
Semua ini berasal
dari kerinduan yang tak pernah sempat ku titipkan padamu.Kerinduan yang
teronggok bisu, dan semakin lama semakin menyesakkan....
Aku tau...dibalik
deraimu yang elegan...
Kau hanya hadir membawa basah yang
tersia-siakan...
Lalu, haruskah aku
berpaling pada pelangi ??
Bukankah
keanggunannya hanya bertahta di lembah Merapi sana...??
Entahlah...
mungkin dia juga merasa kesepian...
Hujan...
Kenapa kisah ini
begitu ambigu?
Kisah yang tak ada
ujung dan pangkalnya....
Memang..., masing-masing dari kita memiliki cerita yang berbeda-beda.
Akan selalu ada
seseorang diluar sana yang senantiasa menanti...sesulit apapun
itu...
Maka temuilah
pelangi...yang begitu merindu di utara sana....
Aku tau dia masih
setia menunggu kedatanganmu,
seperti aku...
aku akan terus
menuggu...walau tak tau kapan kesetiaan itu akan musnah.....
dan kapan aku
harus mengakhiri penantian panjang ini..
NB:
Puisi ini saya tulis di Jogja sudah lama sekali, ketika kangen berat dengan teman-teman SMA. Tapi sekarang setelah bertemu mereka waktu buka bareng kemarin...Semuanya telah terobati, ^_^
NB:
Puisi ini saya tulis di Jogja sudah lama sekali, ketika kangen berat dengan teman-teman SMA. Tapi sekarang setelah bertemu mereka waktu buka bareng kemarin...Semuanya telah terobati, ^_^